Sabtu, 13 Juni 2009

Ada apa dengan Indonesia

Ada apa dengan Indonesia. Sebagai warga Indonesia sudah sepantasnya saya menanyakan ini. Kenapa pemerintah Indonesia tidak bisa bertindak tegas kepada negara yang warganya menganiaya warganya sendiri. Takut yaa. Ya mungkin saja takut, sebab peralatan perang kita sedikit dan nggak ada yang ampuh. Coba bisa kita bayangkan jangan rakyat yang dianiaya, wilayah saja sedikit-demi sedikit dicaplok kita hanya bisa diam. Kapal Perang Malaysia yang mondar-mandir di lautan Indonesia kita juga hanya diam. Yah mungkin para pemimpin kita mikir 1000 kali. Sebab kalau terjadi perang beneran mungkin kita kalah persenjataan. Lah wong belum perang aja pesawat dan heli kopter kita pada jatuhan. Gimana perangnya. Dengar-dengar dana Alusista kita sih diturunkan dan yang terbesar katanya dana pendidikan karena sebesar 20 % APBN untuk dana pendidikan. Kayanya nggak sepenuhnya benar, Karena buktinya gaji guru biasa-biasa aja. Sama dengan gaji PNS yang lain. Ada insentif sertifikasi belakangan isunya disuruh ngembalikan. Ini berarti tidak sepenuhnya Dana pendidikan untuk dunia pendidikan. Apalagi katanya UU Sisdiknas tidak mengikat terhadap UUD 45 yang sudah diamandemen. Untuk meningkatkan Dana Alusista nunggu Presiden baru dan anggaran baru diketuk bulan Januari tahun 2010. Ini berarti lebih baik tidak usah perang deh... nyusahin rakyat. Nanti saja kalau kita sudah kuat dalam persenjataan. Namun jangan khawatir karena kita masih punya senjata ampuh “Bersatu kita tegu Bercerai kita runtuh”. Tapi jangan-jangan senjata ini nggak ada pelurunya ya ... Masalahnya para pemimpinan kita saja saling menjelekkan tidak harmonis. Contoh : Ketika Pak SBY dan Ibu Mega Salaman memang terlihat senyum namun oleh para psikolog yang memahami bahasa tubuh katanya salamannya tidak tulus. Alasannya karena salaman kedua tokoh ini hanya 2 detik. Biasanya salah persahabatan, salam ketulusan itu minimal 4 detik. Berarti tokoh kita belum bersatu.(Alias nggak ada pelurunya). Slogan diatas kayanya tinggal kenangan, tinggal pemanis kata, tinggal heroiknya tetapi aplikasi belum ada. Kita bisa lihat negeri Jiran (Malaysia) biarpun warganya bejat. Terkadang tetap menutupi keboborokan warganya jika menganiaya warga negara lain apalagi Indonesia. Lihat ketika Fakhri menganiaya Manohara, kayanya Indonesia tidak sanggup menjerat fakhri ke Meja hukum. Lihatlah akibat siksaan yang diderita Siti Hajar yang tadinya cantik kini karena siksaan sang majikan yang kejam dan berhati binatang yang kelihatan di Wajah siti Hajar hanya bekas siksaan saja. Belum TKI-TKI lain yang menderita dan hampir setiap hari diberitahukan kesengsaraannya di Media-media. Belum lagi TKI menderita yang tidak terungkap oleh Media. Hancur deh Idonesia. (Hancur Jiwanya, hancur badannya). Yang Mengherankan di Indonesia justru warganya Sendiri yang di Aniaya seperti kasus Prita yang sempat dipenjarakan selama 21 hari hanya gara-gara mengeluhkan pelayanan dari RS OMNI Internasional melalui e-mail. Kalau OMNI sampai menang dalam kasus e-mail. Maka matilah kebebasan orang berpendapat untuk membangun negeri ini. Oh Indonesia bangkitlah musuhmu bukan rakyatmu, musuhmu adalah orang-orang yang menginjak kehormatan negeri ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar